Menurut data dari Badan Pusat Statistik ( BPS ) Budidaya jamur
konsumsi di Indonesia, kian menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Bahkan sejak 1980-an, Indonesia telah mulai memasuki
perdagangan jamur dunia. Dan meskipun masih sangat kecil dimasa itu,
Indonesia sudah termasuk salah satu negara pemasok utama jamur dunia di
samping Spanyol, Belanda, RRC, Perancis, Belgia, Jerman, Jepang,
Thailand dan Taiwan.
Tapi selain jadi pemasok, Indonesia juga termasuk pengimpor jamur
yang tidak kecil. Bahkan tidak jarang, nilai impor jamur Indonesia lebih
tinggi dibanding nilai ekspornya. Indonesia sudah termasuk salah satu
negara pemasok utama jamur dunia di samping Spanyol, Belanda, RRC,
Perancis, Belgia, Jerman, Jepang, Thailand dan Taiwan.
Hal ini dikarenakan konsentrasi produksi jamur Indonesia lebih banyak
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri, seperti
Singapura, Australia, Inggris, Jerman, Perancis dan Balanda, yang setiap
tahun terus mengalami kenaikan sebesar 7,4%. Akibatnya, kebutuhan dalam
negeri justru terabaikan.
Badan kesehatan dunia (FAO) menyatakan bahwa jumlah konsumsi sayuran
untuk memenuhi standar kesehatan adalah sebesar 65 kg/kapita/tahun. Dari
kedua data tersebut terlihat bahwa konsumsi sayur masyarakat Indonesia
belum separuhnya dari rekomendasi FAO. Kondisi inilah yang menjadikan
peluang usaha jamur konsumsi di dalam negeri masih sangat terbuka lebar.
Menurut data yang dikeluarkan FAO, hasil analisis pakar-pakar di
Institute Diatetics London, Jamur Tiram Putih atau Jamur Shimeiji
memiliki kandungan protein sebesar 2,75-3,02%, lemak 0,56%, vitamin B2
44,0 mg/100 g, karbohidrat 6,2%, asam nikotin 1,6 mg/100 g dan 18 macam
asam amino seperti yang tercantum dalam tabel di bawah ini, yaitu :
Tabel 1. 18 Asam Amino dalam Jamur Shimeiji atau Jamur Tiram Putih
No
|
Nama Asam
|
Kandungan
|
No
|
Nama Asam
|
Kandungan
|
1. | Alanine | 7,0 g/100 g | 10. | Aspartic acid | 9,3 g/100 g |
2. | Arginine | 6,3 g/100 g | 11. | Glutamic acid | 17,0 g/100 g |
3. | Cystine | 0,6 g/100 g | 12. | Phenylalanine | 4,1 g/100 g |
4. | Glycine | 5,9 g/100 g | 13. | Tyrosine | 2,61 g/100 g |
5. | Histidine | 2,4 g/100 g | 14. | Trytophan | 0,3 g/100 g |
6. | Leucine | 12,6 g/100 g | 15. | Methionine | 2,1 g/100 g |
7. | Lysine | 6,3 g/100 g | 16. | Valine | 6,3 g/100 g |
8. | Proline | 5,4 g/100 g | 17. | Threonine | 6,8 g/100 g |
9. | Serine | 6,3 g/100 g | 18. | Isoleusine | 0,3 g/100 g |
Sumber : FAO
Di Bandung,
seorang penguasa keripik jamur tiram setiap hari beliu memproduksi
50—100 kg keripik jamur tiram. Sampai saat ini dia mengaku belum mampu
memenuhi permintaan yang mencapai 500 kg—2 ton. maka peluang untuk
budidaya jamur tiram tersebut masih sangat terbuka lebar.
Permintaan pasar terhadap kebutuhan jamur di kota Bogor, Sukabumi, dan sekitar Jakarta saat ini diperkirakan mencapai 5 s/d 10 ton perbulan. Permintaan jamur terus meningkat, berapa pun yang diproduksi oleh petani habis terserap. Kenaikannya sekitar 20%—25% pertahun.
Gambaran
tersebut baru merupakan kebutuhan pasar dalam bentuk jamur segar.
Padahal jamur konsumsi tidak hanya dipasarkan dalam keadaan segar,
tetapi juga dapat diolah lebih lanjut menjadi produk olahan siap saji seperti keripik jamur, abon jamur, nughet jamur,
dan makanan olahan jamur lain. Produk-produk tersebut selain
meningkatkan nilai tambah juga merupakan perluasan pemasaran untuk
menjaring lebih banyak konsumen.
Sampai saat ini jamur lebih banyak diproduksi di Jawa. Berdasar data MAJI (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia), setiap hari Jabar memproduksi 15—20 ton jamur merang dan 10 ton jamur tiram.
Sementara Jateng sebagai sentra jamur kuping dan shiitake, setiap hari
memproduksi 1 ton jamur kuping dan 500 kg/hari jamur shiitake. Sebagian
besar produksi jamur dipasarkan dalam bentuk segar. Jamur-jamur tersebut
kebanyakan dipasarkan ke kota-kota besar yang menjadi tujuan pasar
utama jamur selama ini.
Pasar jamur Jakarta
misalnya, dipasok dari Karawang, Bandung, Bogor, dan Sukabumi. Dari
Cisarua-Bandung saja, setiap hari, tidak kurang dari 3 ton jamur tiram
masuk Jakarta. Ir. Misa, M.Sc., petani jamur merang di Karawang,
memprediksi, kebutuhan pasar Jakarta terhadap jamur merang sekitar 15 ton/hari.
Sementara Karawang baru mampu memasok 3 ton. Untuk jamur kuping
terutama diserap pasar Jateng lantaran banyak dibutuhkan industri jamu.
Walau demikian, jamur kuping dari Jateng pun masuk Bandung, sehari tidak
kurang dari 200 kg. Pasar jamur terbuka lebar. Oleh karena itu, berbisnis jamur sungguh merupakan peluang bisnis yang luar biasa.
Kunjungi : STMIK Amikom Yogyakarta